Kamis, 05 Februari 2009

KERATON TERNATE



1. Kompleks bangunan kesultanan ini terletak pada areal tanah seluas 44.560 M2 (Sesuai surat keterangan dari Sub Dit Agraria Ternate, No : 11/SDA/PHT/Ket/1973). Tanah ini berstatus tanah adat, dan terletak dikampung soa sio kecamatam Kota Ternate. Bangunan – bangunan inti yang terdapat pada kompleks kesultanan ini adalah :
a) Istana Sultan / Kedaton, sebagai tempat kediaman Sultan, dilengkapi pula dengan dapur, gedung, benteng dan garasi istana. Istana / Kedaton yang terletak pada ketinggian 8 meter diatas permukaan laut, jaraknya dari tepi pantai kira – kira 250 M. Bangunan inti terletak pada tanah bertingkat – tingkat. Dilihat dari kedudukannya, bangunan inti dapat dibagi atas dua bagian yaitu, bagian sentral dan bagian anjungan. Bagian sentral terletak pada tanah datar yang luas kedarat / barat, pada ketinggian sekitar 8 meter, sedangkan anjungan yang merupakan satu kesatuan dengan sentralnya ditopang oleh pilar – pilar besar, pada ketinggian 4 meter diatas permukaan laut. Anjungan ini merupakan depan istana, bahagian belakangnya menghadapap Gunung Gamalama. Menurut kepercayaan, kedudukan yang demikian ini mempunyai hubungan dengan letaknya Naga yang dipancangkan diloteng Istana. Kepala Naga itu menghadap ke laut, mengikuti terbitnya matahari, sedangkan ekornya menghadap ke Gunung Gamalama. Mereka mengatakan, bahwa Istana ini dibangun di tengah – tengah urat nadi dari Naga itu. Naga ini menyelam di kawah Gamalama, dan muncul ditengah – tengah Istana sekarang ini. Itulah sebabnya, di pusat Istana ini secara vertikal di atas loteng, diletakkan Naga itu. Di lantai ruang tengah secara vertikal dengan naga itu, merupakan tempat terlarang, yang tidak boleh dipijak atau dilewati. Pada tempat ini, setiap malam kamis dan malam jum’at, tua – tua adat membakar dupa dan membaca doa selamatan disini. Demikian pula / loteng, dimana naga itu berada, dibakar kemenyan dan diadakan doa selamatan. Anjungan yang oleh rakyat dinamakan balkon, dengan tangga dikiri kanannya, menggambarkan seekor singa yang sedang duduk dengan kaki depannya menopang kepalanya. Singa ini sedang menelan buah delima, terali – terali anjungan / balkon merupakan gigi – gigi singa itu. Ruangan dibawah anjungan ini biasa dipakai untuk staf musik apabila dikedaton diadakan upacara – upacara resmi.
Bala rakyat biasanya datang dan memenuhi lapangan Istana, yang dinamai Lapangan Salero. Lapangan Istana ini sama dengan alun – alun di Istana Yogyakarta dan Solo. Bangunan sentral dibangun dari Timur ke Barat atas 3 bagian, yaitu bagian tengah, yang dibagi pula atas dua bagian arah Utara dan Selatan. Yang sebuah dipakai oleh Sultan untuk bertemu dengan para Bobato Dunia dan Akhirat, atau dengan tamu – tamu pemerintah lainnya. Yang sebuah lagi digunakan untuk ruang jamuan makan para tamu agung. Bahagian selatan mempunyai 3 buah kamar yang dipakai oleh Permaisuri, sedangkan bahagian yang utaranya mempunyai 3 buah kamar pula yang dipakai oleh Sultan. Kamar ini dianggap keramat dan suci. Kamar ini biasanya dipakai oleh Sultan untuk tafakur / Samadhi bila hendak menghadapi pekerjaan yang berat, seperti menyusun rencana kesultanan, negeri ditimpa bahaya, atau negeri dalam keadaan bahaya dan lain – lain. Disebelahnya, arah barat terdapat kamar tidur sultan. Kamat tidur ini diapit oleh kamar puji, dan kamar makam sultan. Kamar – kamar yang ditempat oleh Sultan maupun Permaisuri, masing – masing dilengkapi dengan WC dan kamar mandi. Pada bahagian belakang bangunan inti terdapat pendopo / balairung, tempat sultan bertemu dengan bala rakyatnya atau sebagai tempat pementasan kesenian istana. Bangunan – bangunan semacam ini di Maluku Utara dinamakan “Sabua”. Disamping pendopo / sabua, terdapat dapur istana. Arah ke utara terdapat benteng istana yang jaraknya dari bangunan inti kira - kira 5 meter.











b) Ngara Lamo, (Ngara = Pintu / rumah; Lamo = Besar), berfungsi sebagai tempat musyawarah dari kedua lembaga pemerintahan tadi, yaitu Bobato Nyagimoi se tufkange (Sebagai lembaga legislatif) dan komisi Ngaruha sebagai lembaga eksekutif. Barangkali Ngara Lamo dapat disamakan dengan gedung MPR / DPR sekarang.
c) Ngara Opas, (Ngara = Pintu / rumah; Opas = Pesuruh / Penjaga), berfungsi sebagai rumah jaga atau pos keamanan. Setiap orang yang mau menghadap Sultan, harus melaporkan diri dulu ke pos keamanan.
Dari Ngara Opas, berita itu disampaikan kepada Sultan melalui Paseba. Paseba merupakan pintu keamanan kedua sesudah Ngara Opas. Paseba terletak disamping selatan Istana. Dari Ngara Opas naik ke Paseba harus melalui tangga kayu. Paseba menyampaikan berita itu kepada Suwohi (Penjaga pintu Istana). Suwohi merupakan pos keamanan ketiga dan Suwohilah yang akan menyampaikan berita itu kepada Sultan. Bila sekiranya diterima, barulah tamu itu masuk melalui pintu depan.
d) Sigi Lamo, (Sigi = Masigi / Masjid; Lamo = Besar), merupakan masjid Sultan dan merupakan pusat Ibadah serta pusat kebudayaan Islam di Maluku Utara. Didalam kompleks Sigi Lamo terdapat makam para Sultan.
Baik Sigi Lamo, Ngara Lamo, Ngara Opas semuanya terletak disebelah selatan Istana. Pintu Istana, pintu sigi lamo, menghadap kelaut / matahari terbit. Bila kita ingin masuk ke Istana, maka kita harus datang dari sebelah selatan.
Selain bangunan ini, terdapat pula pelabuhan Sultan dan lapangan Istana yang kesemuanya merupakan satu kesatuan dengan bangunan – bangunan tersebut diatas.

Tidak ada komentar: